Kamis, 28 February 2013
Assalamualaikum Wr.Wb
Malam ini saya memperhatikan ayah saya sedang berdzikir. Dengan
mata terpejam dan tasbih di tangannya. Saya sudah sering melihat pemandangan
seperti ini. Tapi tidak tau kenapa malam ini seperti ada yang lain.
Saya barusan memperhatikan ayah. Wajahnya mulai keriput,
badannya sudah mulai kurusan. Mungkin akibat penyakit vertigo yg selalu
menyerangnya 2 tahun belakangan ini. 4 hari lagi ia akan memasuki umur 50.
Ternyata ayah saya tak lagi muda. Umurnya sudah hampir setengah abad.
Otak saya lalu kembali mengingat yang lalu-lalu. Ayah yang
selalu mengantar jemput saya waktu sekolah, Ayah yang selalu mendukung hoby
saya. Ayah yang mengenalkan saya dengan
kanvas, kuas dan cat minyak. Ayah yang selalu ada di belakangku jika saya
mengikuti lomba lukis. Ayah yang
mengajarkan saya bagaimana mengendarai sepeda. Dia yang mengenalkan saya music ,
dia yang mengajari saya bagaimana bermain gitar dan keyboard. Ayah yang mengejari saya berenang. Ayah yang selalu
mengkoreksi hasil dari apa yang saya kerjakan. Ayah yang selalu mengendong
saya ke kamar jika saya tertidur di depan televisi. Dan... ah, terlalu banyak kebaikan ayah.
Selama ini saya bukan tipe perempuan rumahan. Saya lebih
sering jalan dengan teman teman saya di rumah dibandingkan bekerja di rumah
seperti bagaimana anak anak perempuan lainnya. Selama ini saya hanya merepotkan
ayah. Selalu meminta apa yg saya mau. Yang ada di dalam pikiran saya selama ini
adalah “ah, saya kan ayah anak satu2nya jadi cuma saya yang akan mereka biayai”
Pemikiran yang sangat kekanak kanakan untuk seseorang yang
sudah berumur 19 tahun. Seharusnya saya tidak boleh berpikir begitu. Yang harus
saya pikirkan adalah bagaimana membahagiakannya. Saya adalah satu-satunya
harapan yang mereka punya.
Kini saya mengerti. Di semua doa doa yang ayah ucapkan pasti
ada untuk anaknya. selalu terselip doa untuk kesuksesan dan kebahagiaan
anaknya. Cuma ayah yang tau bagaimana bekerja keras demi keluarga. Cuma ayah
yang sering memarahi jika tau putrinya ini mulai mengenal laki2. Ayah yang
selalu protes jika nilai saya menuruh. Ketegasan seorang ayah bukan karena
untuk mengatu-atur anaknya sesuka hatinya. Ayah hanya ingin kebaikan selalu
berada dalam diri anaknya.
Mereka melalukan semua itu Cuma untuk 1 hal. Cuma ingin
melihat anak anaknya sukses dan bisa bahagia. Malah harus lebih bahagia dari
pada mereka. InsyaAllah ayah, insyaAllah saya tidak akan mengeceawakanmu.
InsyaAllah saya bisa menjadi anak yang seperti apa yang Ayah dan Ibu inginkan.
Trimaksasih ayah, karna ayah saya bisa lebih memahami bagaimana
pengorbanan yang sebenarnya. Lebih mengerti bagaimana kesabaran yang
sebenarnya. Dan lebih mengerti bagaimana cara menyayangi yang sebenarnya. Trimakasih
untuk cinta ayah yang selalu lebih untuk anaknya. Ayah memang laki laki yang
hebat. I Love You Dad
Saya mulai berpikir setelah saya membaca tulisan sahabat
saya yg juga di posting di blog ini. Terimakasih untuk kedua burku sudah
memberiku banyak inspirasi. Mengajarkan
apa yang baik untuk saya, dan selalu mengingatkan saya. You are my
bestfriend ever :*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar