Sabtu, 23 Februari 2013

Kebaikan hatimu, Ibu :))




Seperti biasa jam-jam segini itu, handphone selalu berdering, tanda ada telepon masuk. Dan yang paling nelpon jam segini itu, ibu. Melalui alat komunikasi inilah, aku dan ibu melepas rindu. Maklum saja, aku dan ibu sedang LDR-an. Aku di sini, ibu di sana, meski masih dalam satu provinsi, namun tetap saja jarak ini terasa begitu jauh, karena ada daratan dan lautan yang membentang dan memisahkan kami saat ini.


Berbicara mengenai ibu, sepertinya kebaikan beliau , tak akan pernah ada habisnya. Dan malam ini, setelah percakapan dengan beliau selesai , tiba-tiba aku terbayang akan kisah yang menimpaku 2 bulan yang lalu. Saat sakit tiba-tiba datang menyerangku. Saat badanku terasa begitu lemas, saat kedua tanganku terasa kaku untuk di gerakan, saat itu pula ku rasakan kecemasan ibu tergambar jelas di wajah cantiknya.

Sebenarnya, aku tak bermaksud membuat ibu cemas, aku tak bermaksud membuat ibu gusar, namun sepertinya sakitku yang memaksa ibu menjadi khawatir. Semua terjadi dengan tiba-tiba, perutku terasa melilit dengan tiba-tiba, aku menangis menahan sakit tiba-tiba, aku melihat kecemasan ibu tiba-tiba, dan secara tiba-tiba pun aku sadar aku sekarang  berada di tempat yang selama ini menjadi musuh besarku, yah.. aku benci tempat ini.


Entah bagaimana mulanya, yang aku tahu saat itu perih menggerogoti perutku, sebab musababnya pun aku tak tahu. Setelah itu, aku lupa apa yang terjadi, setelah membuka mata, seperti ada sesuatu yang mengganjal di punggung tangan kiriku , ternyata selang kecil transparan sudah tertempel rapi di sana, dengan sedikit polesan darah yang berusaha memperindah balutan kapas putih lengkap dengan plester coklatnya, tak lupa botol infus pun tergantung rapi di tiang yang berdiri tepat di sampingku.


Melihat pemandangan itu, membuatku malah semakin lemas, aaah benar-benar tak ada yang bisa membuatku semangat, kecuali ibu. Pemandangan yang selalu menyejukanku bahkan saat berada di tempat yang tak kusukai. Saat ku tengok wajah ibu, goresan khawatir berbalut cemas itu, masih ada tapi syukurlah sudah sedikit berkurang, mungkin karena melihat kondisiku yang sudah mulai membaik. Kalau bukan karena ibu, mana mungkin aku mau bertahan di tempat ini, entah mengapa tempat ini sudah menjadi phobia untukku. Yah, semua demi kesembuhanku, itu yang ibu bilang padaku. 

Ibu dengan setianya duduk di sampingku, dan aku tahu saat aku terlelap ibu masih terjaga untuk sekedar melihat keadaanku. Aku tahu saat aku terlelap, ibu malah berjuang menahan kantuknya, untuk sekedar memantau keadaanku. Saat pagi  tiba, aku terbangun dan pemandangan pertama yang aku jumpai adalah ku lihat ibu telah siap dengan sepiring bubur hangat di hadapannya, makanan itu bukan untuk ibu, melainkan untuk anaknya yang sedang sakit.



Inilah pemandangan hebat yang membuat aku semakin tersadar akan kasih sayang ibu, aku kini tak peduli dengan plseter, kapas putih , selang transparan atau apalah  yang terpasang di tangan kiriku. Tak peduli juga dengan bau obat yang suka muncul–muncul enggak jelas di ruangan yang aku tempati ini.


Yang membuatku tercengang  adalah saat lihat kesetiaan ibu, kok bisa yah ibu memberiku pemandangan hebat di tempat yang tidak aku sukai ini?. 2 hari di tempat ini, pemandangan yang aku jumpai, adalah saat malam ibu menahan kantuknya untuk menjagaku, mengkhawatirkanku dan paginya ibu sudah siap dengan sepiring bubur hangat yang ada di genggamannya, kemudian ibu menyuapiku, dan tentunya mendoakanku agar segera sembuh.

Dua hari berada di tempat ini, aku rasa cukup. Kondisiku sudah mulai membaik. Aku berbisik pada ibu, “ibu aku mau pulang” ada keraguan di wajah ibu, sepertinya beliau masih mengkhawatirkan keadaanku, namun aku terus meyakinkan ibu, kondisiku sudah membaik. Ibu pun menyetujui dan aku kembali pulang kerumah . 


Ini berlebihan ? ah , menurutku tidak, malah ini sangat kurang jika harus menuliskan kebaikan ibu satu persatu .
Betapa hebatnya ibu, beliau mampu mengubah dan memberi ketenangan, bahkan di tempat yang tidak aku sukai sekalipun.  


~jadi apa alasan kita untuk berkata  ’Ah kepada beliau ? apa alasan kita untuk tidak mengindahkan perkataan beliau ? apa alasan kita untuk menyakiti beliau ? apa alasan kita untuk tidak mendoakan beliau ? apa alasan kita untuk tidak mengatakan …. Ibu aku mencintaimu :’)
 Kau ingin tahu apa itu ikhlas ? lihatlah wajah ibumu yang sibuk menyuapimu saat kau sakit. Kau mau tahu apa itu tegar ? Lihatlah wajah ibumu, yang menahan air matanya saat kau menjerit kesakitan. Itu hanya sedikit gambaran tentang ikhlas dan tegar yang di miliki oleh ibu.. Lantas, apa lagi alasanmu untuk tidak berbakti padanya ? Think n do the best for her, she is an Angel without wings :)

Oh iya , setelah keluar dari tempat itu dan bisa kembali beraktivitas , aku sengaja buat kata-kata itu untuk ibu. Hehe , semoga bermanfaat sebagai pengingat secuil dari ratusan, jutaan,ribuan, milyaran kebaikan ibu. :)

#THIS STORY IS AFFECTIONATELY AND GRATEFULLY DEDICATED FOR MY MOM :)