Minggu, 28 April 2013

Nisan sahabatku ~

“dimana saja kamu berada , kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh” (QS An-Nissa: 78)"

 Mengenang 3 tahun kepergian sahabat kami~


Aku menggenggam tangan salah seorang sahabatku yang coba menuntunku ke tempat itu, tempat yang di anggap keramat bagi sebagian orang. Tempat yang sebenarnya akan menjadi tempat tinggal kita semua kelak. Sore ini aku beserta 3 orang sahabatku sengaja berkunjung ke makam salah seorang sahabat kami yang telah berbeda alam dengan kami. Kegiatan ini sering kami lakukan,berkunjung kemakamnya walau hanya sekedar menabur bunga dan mengirimkan sebaris doa untuk kehidupannya disana.

Di temani teriakan jangkrik yang saling bersahutan secara tidak jelas, langit sore yang hampir gelap, dan suasana  TPU yang terlihat sunyi sekali. Kami bertiga duduk di samping makam almarhum , saling berhadap-hadapan, hingga akhirnya salah seorang sahabatku, menuntun kami membaca surah Alfatiha untuk si empunya makam. “Semoga sahabat kita di beri tempat yang layak disisiNya” serempak kami bertiga mengaminkan doanya.  

Satu persatu, kami berdiri membacakan doa dan harapan, sambil memegang nisan yang masih jelas tertuliskan namanya, satu dari kami ada yang meneteskan air mata. Ya Allah.. suasana seperti ini, yang selalu bikin kami tak kuasa menahan air mata juga. Alhasil diam-diam kami semua berusaha menutupi kesedihan, menahan air mata yang hampir tumpah.

Kejadian dimakam sore itu memaksaku untuk kembali mengingat akan kejadian tragis yang menimpa sahabatku beberapa tahun silam. Aku termenung dengan keranjang bunga yang masih ada dipangkuanku.

Teringat kembali akan kejadian menyedihkan di tengah malam. Saat itu aku tertidur pulas tiba-tiba ibu berusaha membangunkanku. Mataku masih terasa ngantuk “ada apa bu?” tanyaku dengan suara samar-samar
“Ada sms dari temanmu” kata ibu dengan lirih.
“paling-paling juga sms gak penting bu” ku jawab omongan ibuku dengan muka kusut karna menahan ngantuk, akhirnya kuputuskan untuk tidur kembali.

Ibu kembali memaksaku bangun, dengan setengah hati yang amat sangat terpaksa aku beranjak dari tempat tidur. Duduk setengah bersandar di tembok. Belum sempat berbicara sepata kata pun, tiba-tiba ibu menyebutkan nama sahabatku, ibu terlihat menahan tangisnya.
“lho ??? ada apa ini???” perasaanku mulai tidak enak, dag dig dug , jantungku ikut-ikut berdetak kencang tak beraturan
“ada apa bu, ada apa dengan dia??? dia kenapa bu??”
Ibu kembali menyebutkan nama sahabatku itu, kata ibu ”dia meninggal karna kecelakaan nak”.

Ku raih handphone merah jambu yang ada dalam genggaman ibuku. Ku perhatikan inci demi inci sms yang masuk di handphone ku. Hingga akhirnya, ternyata memang benar ada sms menyakitkan yang masuk di inboxku malam ini. Aku tak percaya, dia yang pagi tadi masih ku jumpai di koridor sekolah, ternyata malam ini telah pergi untuk selamanya. Dia yang siang tadi masih bisa bercanda bersama, ternyata telah pergi meninggalkan kita semua. Dia yang sore tadi masih ada disini tertawa dengan lepasnya , ternyataaaa (?????)

Aaaaaaaaaaaaaaaaaa, tangisku meledak seketika, ku peluk ibuku dengan erat. Beliau tahu, bagaimana perasaanku saat itu. Ibuku juga tak kuasa menahan tangisnya, bagaimana tidak ? ibu juga dekat dengan Almarhum Sahabatku itu. Ya Allah, aku masih berharap semua ini hanya mimpi. Aku masih berharap ada yang membangunkanku dari mimpi konyol ini. Tapi … tentu saja semua tidak mungkin. Tangisanku belum terhenti dan ibuku masih setia menemani kesedihanku. Aku tak tahu apa yang harus ku lakukan di tengah malam seperti itu. Seolah masih tak percaya, ku baca kembali sms yang  tadi ku terima. Hiksss, secepat ini kah ??? pikirku tak karuan.

Handphone ku kembali berdering. Kali ini telepon dari salah seorang sahabatku yang berinisial N. Dia mengabarkan kalau dia berada di rumah sakit tempat Almarhum sahabatku menghembuskan napas terakhirnya. Terdengar olehku sahabatku N**** juga sedang menangis, sampai-sampai suaranya terdengar tidak jelas. Tubuhku tampak begitu lemas, untuk berbicara saja terasa susah, ku coba langkahkan kaki keluar dari kamar, namun nampaknya kakiku juga terasa kaku untuk melangkah. Aku kembali berbaring sementara ibu hanya bisa terdiam melihat tingkahku. Aku berharap pagi cepat datang, ingin ku berlari melihat Almarhum sahabatku untuk terakhir kalinya.

Sampai akhirnya, pagi pun tiba. Aku ke sekolah dengan wajah yang lusuh tak bertenaga. Ku dapati sebagian siswa berhamburan di depan gerbang sekolah. Semua sibuk menceritakan kecelakaan tragis, yang dialami Almarhum sahabatku. Tak kuasa aku mendengarnya,lalu ku langkahkan kakiku dengan terpaksa. Sambil menahan tangis, kucoba menelusuri jalan menuju kelasku.

Di depan kelas, tampak wali kelasku yang juga sedang menangis,semua teman-temanku juga terlihat menangis tersedu-sedu. Kuputuskan untuk masuk ke dalam ruangan kelas .Ku dapati salah seorang sahabatku A*** namanya. Dia menyambutku dengan pelukan sambil menangis sekeras-kerasnya.

 
Ya Allah…
Ini semua seperti mimpi !!!
Aku terdiam dalam pelukan sahabatku yang masih saja menangis. Sekuat tenaga ku coba untuk membendung air mataku,namun.... aku tak bisa membohongi perasaanku, ku peluk sahabatku A*** dengan erat, sementara air mataku kembali mengalir , jatuh dan basahi pundaknya. Ketua kelasku yang saat itu berada di samping kami, mencoba menenangkan kami. Dia memberi usul agar kita semua segera kerumah duka. Akhirnya kami pun bergegas. 


Sampai disana, hiiiiks ternyata tangisan kami semakin menjadi-jadi,bahkan ada di antara kami yang jatuh pingsan. Kami tertegun melihat Almarhum sahabat kami, yang kemarin masih berada diantara kami, ternyata kini telah terbujur kaku diselimuti kafan yang masih putih bersih. Kecelakaan malam itu, telah merenggut nyawanya. Kami tak pernah bayangkan secepat ini kepergianya….

Selamat jalan wahai sahabatku, sahabat yang pernah mengisi hariku dengan kebahagiaan. Yang selalu ada disaat suka dan dukaku. Hanya itu kalimat yang bisa ku lontarkan sembari mengelus wajah yang terasa kaku itu. Terlintas dibenakku akan tubuh yang kemarin masih segar bugar, saat ini berada di hadapanku dalam kondisi tak bernyawa. Ya Allah .. sadarkan aku ini bukan mimpi, ikhlaskan aku akan kenyataan ini.

Hiiks…. kami menyayangimu sobat….
Tatapanku tetap fokus pada raga yang tak bernyawa itu, hingga akhirnya….. kafan pun di sejajarkan kewajahnya dan aku sadar inilah kesempatan terakhir melihat wajah sahabatku. Air mata seakan tak kunjung berhenti sementara dia terus berlalu meninggalkan kami sampai akhirnya tubuh kakunya di gotong menggunakan keranda. Hiiiiks…. Hiiiiks… 
 
Kali ini, tak ada sepatah kata pun yang mampu aku ucapkan. Hanya bisa mengingat segala kisah yang pernah kita lalui bersama sembari mengirimkan doa dalam hati. Andai saja kami tau malam itu , malam terakhir untukmu, tak kan kami biarkan waktu berlalu . Tapi apa daya Allah Azza wa Jalla telah mengatur semua itu, Allah punya rencana lain.

Yah…. Semua hanya sementara, ada pertemuan, ada perpisahan dan semua berjalan sesuai rencanaNya.
Lamunanku dimakam sore itu seakan tak ingin terhenti. Nisan sahabatku berhasil membuatku mengerti akan ajal seseorang,akan hidup dan mati seseorang. Kita tak pernah tau kapan napas kita akan terhenti. Kapan nyawa kita akan di kembalikan pada Sang Khalik maupun kapan kehidupan kita akan di berhentikan semua adalah rahasia Sang Pencipta.

“Hari sudah hampir malam, pulang yuk” Ajakan salah seorang sahabatku,berhasil membuyarkan lamunanku tentang kejadian beberapa tahun silam itu. Akhirnya aku dan ketiga sahabatku memutuskan untuk pulang.
“Semoga tenang disisiNya. Kami menyayangimu” terdengar doa terakhir dimakam sore itu, sebelum kami putuskan untuk kembali kerumah masing-masing.