Dengan izin ALLAH, izinkan aku merangkai cerita
untuk lelaki hebat di sebrang pulau sana , yah dialah “AYAH”
Dia selalu menjadi tempat yang nyaman untuk berbagi,
selalu mendengarkan curahan hati putra putrinya, orang yang paling pandai
menyembunyikan lelah dengan semyumnya, merindukan anak-anaknya dalam diam , dan
tentunya selalu bersahaja ”AYAH ”
Entah apa yang terjadi pada ayah, akhir-akhir ini
beliau terlihat diam dan lebih sering menyendiri , tak biasanya ayah seperti
ini , setauku ayah yang aku kenal selalu penuh semangat dan senang berkumpul
bersama anak-anaknya , apa iya ayah sedang ada masalah ?
Bulan juli setahun silam , aku ingat ketika ayah
mulai diam dan rajin menyendiri ,aku bingung apa yang terjadi pada ayah ,
masalah apa yang membuatnya terlihat sedih dan lesu , ku coba dekati ayah ,
namun tetap saja aku masih belum mengerti , mengapa detik-detik menjelang
keberangkatanku ayah jadi seperti ini ?
Aku anak paling bontot dan di antara kami bersaudara ,
akulah anak yang paling dekat dengan ayah , aku pula yang paling mirip dengan
beliau , aku dan ayah kadang terlihat seperti sahabat , ayah pernah bilang
‘anggap ayah sahabat mu nak ! supaya kau bisa cerita semuanya dengan lelusa’
itu yang pernah ayah bisikan padaku , makanya tak heran semua yang terjadi
padaku, ku ceritakan pada ayahku , termasuk keberangkatanku yang di jadwalkan 2
hari lagi . aku harus meninggalkan rumah , karena harus melanjutkan kuliah di
daerah orang , dan ternyata ini lah sebab perubahan sikap ayah yang aku rasakan
akhir-akhir ini .
Setelah shalat isya berjamaah , ku cium tangan
lelaki tertampan itu , sambil berkata : ayah .. maaf kalau ananda punya banyak
salah ,
Dengan sikap diamnya ayah tersenyum dan berkata :
ayah telah memafkan semua khilaf mu anak ku .
Tak kuasa aku peluk tubuh ayahku yang mulai
membungkuk , aku sadar sosoknya pasti akan ku rindukan saat aku jauh nanti .
‘Sebaiknya kita ke ruang keluarga , banyak hal yang
ingin ayah sampaikan’ kata ayah , sambil bergegas.
Setelah merapikan mukenah dan sajadah, ku ikuti
langkah kaki ayahku ,
‘ada apa ayah ?’
‘duduklah anakku’
ayah menyuruhku duduk dan mulai berbicara, ku tatap
wajah ayah dalam-dalam. Ada banyak harapan ku temui di sana. Ternyata iya, ayah
mulai melontarkan harapan demi harapan yang ia inginkan untuk putri bungsunya
ini , satu hal yang aku ingat dari ayah ‘sesibuk apapun , jangan pernah lupa
shalat 5 waktu , ingat TUHANmu kapan dan di manapun kamu berada anakku ‘
Aku mengangguk , ternyata ini lah yang menjadikan
ayah lebih sering diam akhir-akhir ini , nampaknya beliau masih belum siap jika
putri bungsunya pergi meninggalkan rumah ,
‘ayah , akhir-akhir ini ku perhatikan , ada yang
berubah padamu, ayah jadi lebih sering diam ,
apa ada yang salah denganku ? atau ayah tak ingin aku pergi meninggalkan
rumah ini walau untuk menuntut ilmu ?’ tanyaku pada ayah
Tiba-tiba ayah memelukku ‘jangan berkata seperti
itu, ayah akui ayah berat jika harus mengingat putri bungsu ayah akan pergi
meninggalkan rumah , ayah tahu rumah akan sepi , ayah tahu ayah pasti akan
rindu denganmu nak , ayah takut sesuatu yang tidak ayah inginkan terjadi padamu
di luar sana , ayah hanya belum siap jika harus berpisah dengan putri bungsu
ayah , tapi tak berarti ayah tak mengizinkamu pergi , karna ayah tak pernah
melarang anak ayah meraih mimpinya,‘
Perkataan ayah membuat tumpah air mataku, selama ini
ayah berusaha tegar walau sebenarnya dia teramat sedih , dia hanya tak ingin
tampakan kesedihannya padaku , ayah lebih memilih diam untuk menenangkan dan
meyakinkan dirinya, bahwa sebentar lagi putri bungsunya akan pergi ke daerah
orang.
Hmm ku peluk ayah ku erat ‘ayah.. aku sayang ayah , aku pasti akan rindu
ayah , semua pesan ayah akan aku lakukan , mendirikan shalat 5 waktu, menjaga
diri bahkan belajar dengan baik masih aku ingat dengan jelas ayah , ayah tak
usah sedih , doa ayah akan menjagaku saat aku jauh di sana , doa ayah yang akan
menjauhkanku dari segala macam kejahatan , jangan pernah berhenti mendoakanku
ayah ‘
Malam itu , aku mengerti , di balik diamnya ayah
ternyata tersimpan ribuan , bahkan jutaan doa dan harapan untukku. jika ibu
dalam menaruh rindu kasih dan sayangnya nampak dan terlihat serta terdengar
jelas lewat ucapan-ucapan serta omelannya, hal ini tidak pada ayah, ayah lebih
cenderung menyimpan rindu dalam diam, ayah tak mau terlihat lemah dan cengeng
di hadapan anak-anaknya, dan inilah ayah yang memiliki cara yang berbeda
,pengorbanan cintanya tidak hanya berupa kata-kata melainkan dalam bentuk tindakan yang tulus , termasuk
dengan sikap diam serta seribu macam nasehatnya.
Hingga akhirnya , hari itu pun tiba, hari di mana
aku harus benar-benar mandiri, hari di mana aku jauh dari ayah dan ibu , dan hari
di mana aku harus belajar untuk menahan rindu pada ayah dan ibuku.
‘ayah, apa aku bisa ?’ tanyaku , sebelum bergegas
menuju pesawat yang akan aku tumpangi .
Sambil menggenggam tanganku ayah berkata ‘kamu pasti
bisa nak, anggap ini proses pendewasaanmu, proses di mana kau bisa lihat dunia
yang lebih luas lagi , satu langkah untuk semua mimpimu nak ‘
Yah, inilah ayahku dia selalu setia meyakinkan aku ,
bahwa aku bisa melewati semuanya , hal yang aku anggap sulit sekalipun.
‘iya aku pasti bisa, makasih ayah, aku janji , aku
akan sukses sama seperti ayah ‘ ku peluk erat tubuh ayahku , kemudian ku cium tangan
beliau ‘aku pamit ayah’
‘aku pamit ibu, mohon doa untuk anakmu ini ‘
Kemudian aku bergegas masuk ke dalam pesawat ,
aku
dengar teriakan ayah ‘ayah percaya anak ayah pasti berhasil’
Itulah ayah yang selalu percaya akan keberhasilan
anak-anaknya , aku rindu ayah .
Hingga saat menulis cerita ini pun , aku semakin
rindu , ingin cepat-cepat UTS dan balik ke rumah untuk menemui ibu dan ayah ku
, sosok yang selalu menjadi semangatku . Tuhan, Semoga mereka selalu berada
dalam LindunganMU .
Amiiin ^^
1 komentar:
Posting Komentar