Jumat, 22 Februari 2013

cerita pendek : tentang ayah ^^

Dengan izin ALLAH, izinkan aku merangkai cerita untuk lelaki hebat di sebrang pulau sana , yah dialah “AYAH”

Dia selalu menjadi tempat yang nyaman untuk berbagi, selalu mendengarkan curahan hati putra putrinya, orang yang paling pandai menyembunyikan lelah dengan semyumnya, merindukan anak-anaknya dalam diam , dan tentunya selalu bersahaja ”AYAH

Entah apa yang terjadi pada ayah, akhir-akhir ini beliau terlihat diam dan lebih sering menyendiri , tak biasanya ayah seperti ini , setauku ayah yang aku kenal selalu penuh semangat dan senang berkumpul bersama anak-anaknya , apa iya ayah sedang ada masalah ? 

Bulan juli setahun silam , aku ingat ketika ayah mulai diam dan rajin menyendiri ,aku bingung apa yang terjadi pada ayah , masalah apa yang membuatnya terlihat sedih dan lesu , ku coba dekati ayah , namun tetap saja aku masih belum mengerti , mengapa detik-detik menjelang keberangkatanku ayah jadi seperti ini ? 

Aku anak paling bontot dan di antara kami bersaudara , akulah anak yang paling dekat dengan ayah , aku pula yang paling mirip dengan beliau , aku dan ayah kadang terlihat seperti sahabat , ayah pernah bilang ‘anggap ayah sahabat mu nak ! supaya kau bisa cerita semuanya dengan lelusa’ itu yang pernah ayah bisikan padaku , makanya tak heran semua yang terjadi padaku, ku ceritakan pada ayahku , termasuk keberangkatanku yang di jadwalkan 2 hari lagi . aku harus meninggalkan rumah , karena harus melanjutkan kuliah di daerah orang , dan ternyata ini lah sebab perubahan sikap ayah yang aku rasakan akhir-akhir ini .

Setelah shalat isya berjamaah , ku cium tangan lelaki tertampan itu , sambil berkata : ayah .. maaf kalau ananda punya banyak salah ,
Dengan sikap diamnya ayah tersenyum dan berkata : ayah telah memafkan semua khilaf mu anak ku .
Tak kuasa aku peluk tubuh ayahku yang mulai membungkuk , aku sadar sosoknya pasti akan ku rindukan saat aku jauh nanti .
‘Sebaiknya kita ke ruang keluarga , banyak hal yang ingin ayah sampaikan’ kata ayah , sambil bergegas.
Setelah merapikan mukenah dan sajadah, ku ikuti langkah kaki ayahku ,
‘ada apa ayah ?’
‘duduklah anakku’
ayah menyuruhku duduk dan mulai berbicara, ku tatap wajah ayah dalam-dalam. Ada banyak harapan ku temui di sana. Ternyata iya, ayah mulai melontarkan harapan demi harapan yang ia inginkan untuk putri bungsunya ini , satu hal yang aku ingat dari ayah ‘sesibuk apapun , jangan pernah lupa shalat 5 waktu , ingat TUHANmu kapan dan di manapun kamu berada anakku ‘

Aku mengangguk , ternyata ini lah yang menjadikan ayah lebih sering diam akhir-akhir ini , nampaknya beliau masih belum siap jika putri bungsunya pergi meninggalkan rumah ,
‘ayah , akhir-akhir ini ku perhatikan , ada yang berubah padamu, ayah jadi lebih sering diam ,  apa ada yang salah denganku ? atau ayah tak ingin aku pergi meninggalkan rumah ini walau untuk menuntut ilmu ?’ tanyaku pada ayah 

Tiba-tiba ayah memelukku ‘jangan berkata seperti itu, ayah akui ayah berat jika harus mengingat putri bungsu ayah akan pergi meninggalkan rumah , ayah tahu rumah akan sepi , ayah tahu ayah pasti akan rindu denganmu nak , ayah takut sesuatu yang tidak ayah inginkan terjadi padamu di luar sana , ayah hanya belum siap jika harus berpisah dengan putri bungsu ayah , tapi tak berarti ayah tak mengizinkamu pergi , karna ayah tak pernah melarang anak ayah meraih mimpinya,‘
Perkataan ayah membuat tumpah air mataku, selama ini ayah berusaha tegar walau sebenarnya dia teramat sedih , dia hanya tak ingin tampakan kesedihannya padaku , ayah lebih memilih diam untuk menenangkan dan meyakinkan dirinya, bahwa sebentar lagi putri bungsunya akan pergi ke daerah orang.

Hmm ku peluk ayah ku erat  ‘ayah.. aku sayang ayah , aku pasti akan rindu ayah , semua pesan ayah akan aku lakukan , mendirikan shalat 5 waktu, menjaga diri bahkan belajar dengan baik masih aku ingat dengan jelas ayah , ayah tak usah sedih , doa ayah akan menjagaku saat aku jauh di sana , doa ayah yang akan menjauhkanku dari segala macam kejahatan , jangan pernah berhenti mendoakanku ayah ‘

Malam itu , aku mengerti , di balik diamnya ayah ternyata tersimpan ribuan , bahkan jutaan doa dan harapan untukku. jika ibu dalam menaruh rindu kasih dan sayangnya nampak dan terlihat serta terdengar jelas lewat ucapan-ucapan serta omelannya, hal ini tidak pada ayah, ayah lebih cenderung menyimpan rindu dalam diam, ayah tak mau terlihat lemah dan cengeng di hadapan anak-anaknya, dan inilah ayah yang memiliki cara yang berbeda ,pengorbanan cintanya tidak hanya berupa kata-kata melainkan  dalam bentuk tindakan yang tulus , termasuk dengan sikap diam serta seribu macam nasehatnya.

Hingga akhirnya , hari itu pun tiba, hari di mana aku harus benar-benar mandiri, hari di mana aku jauh dari ayah dan ibu , dan hari di mana aku harus belajar untuk menahan rindu pada ayah dan ibuku.

‘ayah, apa aku bisa ?’ tanyaku , sebelum bergegas menuju pesawat yang akan aku tumpangi .
Sambil menggenggam tanganku ayah berkata ‘kamu pasti bisa nak, anggap ini proses pendewasaanmu, proses di mana kau bisa lihat dunia yang lebih luas lagi , satu langkah untuk semua mimpimu nak ‘

Yah, inilah ayahku dia selalu setia meyakinkan aku , bahwa aku bisa melewati semuanya , hal yang aku anggap sulit sekalipun.
‘iya aku pasti bisa, makasih ayah, aku janji , aku akan sukses sama seperti ayah ‘ ku peluk erat tubuh ayahku , kemudian ku cium tangan beliau ‘aku pamit ayah’
‘aku pamit ibu, mohon doa untuk anakmu ini ‘

Kemudian aku bergegas masuk ke dalam pesawat , 
aku dengar teriakan ayah ‘ayah percaya anak ayah pasti berhasil’

Itulah ayah yang selalu percaya akan keberhasilan anak-anaknya , aku rindu ayah .
Hingga saat menulis cerita ini pun , aku semakin rindu , ingin cepat-cepat UTS dan balik ke rumah untuk menemui ibu dan ayah ku , sosok yang selalu menjadi semangatku . Tuhan, Semoga mereka selalu berada dalam LindunganMU .
Amiiin ^^

1 komentar:

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.