Sore
ini saya sedang malas malasan di kamar. Dengan monitor komputer di
depanku, dan secangkir kopi di sebelah
kananku. Ya, kopi. Saya memang suka sekali kopi. Tapi mama selalu melarang.
Kalo mama melihat saya terlalu rajin minum kopi, beliau pasti langsung
mengomel. Itu juga yang dilakukan mama beberapa menit lalu ketika melihat anak
perempuannya ini duduk santai ditemani music dan computer di depannya.
Tapi
yah, saya memang anak yang sedikit bandel. Omelan mama itu saya anggap sebagai
angin lalu. Tiap hari juga ada saja alasan untuk mama mengomel -____- Tapi kali
ini yang ingin saya tulis bukan tentang mama saya.
Dengan
penampilan yang masih awut-awutan, belum mandi dan baru bangun tidur, saya lalu
menuju meja computer milik ayah. Menyalakannya, menyetel lagu secara acak dan
online. Tiba-sedikit saya menangkap sepenggal lirik dari lagu Breathe nya
Taylor Swift yang saya putar
“Its
2 a.m, feelin’ like I just lost a friend
Hope
you know it’s not easy, easy for me”
Saya
memang sering sekali mendengar lagu ini. Tapi, di lirik tadi saya kembali
mengingat seseorang. Seorang teman saya yang cukup dekat, bahkan mungkin sangat
dekat dengan saya dan kedua burfriend saya. Saya kembali nya. Mengingat
kejadian jam 2 subuh itu.
25
April 2010 pukul 2 a.m saya terbangun dengan 11 panggilan tak terjawab dari
teman saya. Tapi sama sekali tidak ada sms. Kemudian yang hape saya berdering
lagi. Oh, ternyata dari seseorang yang malam itu masih berstatus sebagai pacar
saya *cieh*. Tidak biasanya dia menelpon selarut ini. Saya lalu menekan tombol
hijau di keypad hape saya.
Dengan
logat khas daerah sini, saya menjawab telponnya.
Saya :
“Umm, kenapa?”
Dia :
“Itong, dimana ko?”
Saya :
“Di rumah ji. Knp?”
Dia :
“Eh, tmanmu R*** meninggal kecelakaan”
Saya :
“Heh, sapa ko mw tipu lagi? Tadi da masih sms saya kumpul2 di rumahnya E***
tapi sa nda pergi. Janganmi main2 begitu, kalo da kenapa2 betul temanku
bagaimana?”
Dia :
“Barusan ini, serius. Tadi da kecelakaan.”
Saya :
“Inalillah.. Ah, serius ko? Dimanami dia? Kenapa da kecelakaan? Ko nda bohong
ji toh? Ishhhhh .” Saya mulai panik, mulai bingung, sedikit tidak percaya,
mulai menangis, sepertinya tangan saya mulai gemetaran.
Dia :
“masih di rumah sakit, sa dari sana juga tadi. Banyak teman2mu di sana. Qo
pakean skarang, sa jemput ko!”
Saya :
“ok.”
Tuuuut..
telepon terputus. Dengan gerakan cepat saya menelpon mama, minta izin. Ya,
ketika SMA mama sama papa memang jarang di rumah. Papa tugas keluar kota. Jadi
saya Cuma sendirian di rumah.
Setelah
menelpon mama, teman saya sudah sampe di rumah menjemput saya. Dengan mata yang
masih terus mengeluarkan air, rambut yang berantakan belum sempat di ikat
sisir, dengan badan yang lemas dan sedikit gemetaran kita menuju rumah sakit.
Sampai
di rumah sakit ternyata jenazah teman saya sudah dibawa di rumah duka. Dan
malam itu ternyata teman saya tidak kecelakaan sendiri. Mereka berdua dengan
I*** yang sekarang masih terbaring koma di kamar UGD. Saya sudah tidak sempat
melihatnya lagi. Saya ingin cepat-cepat ke rumah duka.
Di
perjalanan dari rumah sakit menuju rumah duka, saya masih terus-terusan menangis.
Mengingat kejadian Kemarin. Kemarin kita masih sempat tidur tiduran di kelas,
berbagi headset dan menyetel Lagu kesukaan kita MUSE – Unintended. Kemarin juga
kita masih sempat berbagi oreo. Kemarin juga dia sempat mengantar saya pulang
sampai di rumah. Ya, semuanya itu baru kemarin. Jadi untuk mempercayai ini
semua begitu sulit untuk saya.
Sesampainya
di rumah duka, ternyata beberapa teman2 saya memang sudah ada di sana. Saya
tidak langsung masuk. Saya masih menunggu di luar meredakan tangis saya.
Menenangkan pikiran saya dan masih mengingat-ingat apakah ini mimpi atau bukan.
Menenangkan diri… menenangkan diri… menenangkan diri..
Setelah
saya sudah agak tenang, saya memberanikan diri. Memeberanikan diri memasuki
kamar itu. Kamar dimana sahabat saya itu sedang tertidur. Kamar dimana dia saya
bisa melihatnya untuk yang terakhir kalinya. Dan kemudian jess.. titik titik
air mata saya kembali berjatuhan, Saya cepat cepat pergi meninggalkan kamar.
Saya sebenarnya tidak ingin menangisinya. Saya tidak ingin menghalangi
jalannya.
Saya
masih di sini, masih di rumah duka. Saya masih dengan teman teman saya yang
juga merasa kehilangan, yang masih di dalam pikiran masing. Dimana tak lama
kemudian ada mendapat kabar bahwa teman kita yang masih di rumah sakit itu juga
meninggal dunia. Inalillahi wa inna ilaihi rojiun. Untuk kedua kalinya. Saya
tidak tau harus berbuat apa. Perasaan campur aduk. Saya Cuma bisa terdiam.
Teman-teman
yang lain kemudian menuju ke rumah sakit. Melihat Almarhum I***. Saya kembali
melihat jam. Ternyata sudah pukul 3 subuh lewat. Saya memutuskan untuk pulang
ke rumah. Saya di antar sampai rumah. Setelah mengantar saya langsung
menyuruhnya pulang.
Saya
masuk kamar dan membuka lemari, meraih jiket hitam milik almarhum R***, membuka
laci dan mengambil topi dan dompet yang milik almarhum R*** juga. Saya membuka
dompet itu. Di dalamnya ada KTP, dan STNK motor miliknya. Saat itu barang
barang ini memang dia titipkan ke saya. Saya lupa karena kenapa dia menitipkan
ini semua. Saya masih di kamar, memandangi barang-barang itu, mengingat kembali
semua. Sampai tidak terasa ternyata sudah pukul 6 pagi.
Saya
lalu cepat-cepat mandi dan pergi kerumah teman saya E***. Hari ini saya tidak
ke sekolah, tidak ada semangat sama sekali. Ternyata di sana sudah ada beberapa
orang teman sudah di sana. Semua diam, tidak ada yang berkata-kata. Semua masih
dalam pikiran masing-masih. Saya masih menggenggam jaket, topi dan dompet milik
Almarhum. Rencananya, sebentar barang2 ini akan saya kembalikan sama ibunya.
Dengan
mata yang sembab, mata yang sedikit basah meahan tangis. Mata yang agak sipit
ini semakin sipit karena sudah menangis berjam jam. Dan saat ini saya sedang
berusaha untuk tidak menangis lagi. Saya dan teman teman saya menuju rumah duka
Alm. Rino, mengembalikan barang2 itu lalu menuju rumah duka milik alm. I***.
Kepala
saya mulai sakit, saya memutuskan untuk pulang, dan beristirahat. Semuanya
memang terasa berat. Sampai sampai saya yang selama ini sangat kuat bisa lemah
karena hal ini.
Sambil
menulis, sambil mengingat kejadian itu, lagu milik Avenged Sevenfold – So Far
Away terdengar di ruangan ini. Entah ini karena kebetulan, atau karena apa.
Liriknya sangat kena.
“Sleep
tight, I’m not afraid
The
ones that we love are here with me
Lay
away a place for me
Cause
as soon as I’m done I’ll be on my way
To
live eternally”
Sepertinya
tulisan saya sudah kepanjangan *lap air mata*. Sekarang sudah setengah 6 dan
saya belum mandi. Oke dah. Mo mandi duyu tayaa :D
2 komentar:
Oke,, stelah bbrapa postingan yg trbaca,postingan ini brhasill mmbuat tissue2 sy penuh dengan umbelan :(
tunggu... umbelsn itu apa?? :D
Posting Komentar