Jumat, 01 Maret 2013

Tentang . . . .



Sore ini saya sedang malas malasan di kamar. Dengan monitor komputer di depanku,  dan secangkir kopi di sebelah kananku. Ya, kopi. Saya memang suka sekali kopi. Tapi mama selalu melarang. Kalo mama melihat saya terlalu rajin minum kopi, beliau pasti langsung mengomel. Itu juga yang dilakukan mama beberapa menit lalu ketika melihat anak perempuannya ini duduk santai ditemani music dan computer di depannya.

Tapi yah, saya memang anak yang sedikit bandel. Omelan mama itu saya anggap sebagai angin lalu. Tiap hari juga ada saja alasan untuk mama mengomel -____- Tapi kali ini yang ingin saya tulis bukan tentang mama saya.

Dengan penampilan yang masih awut-awutan, belum mandi dan baru bangun tidur, saya lalu menuju meja computer milik ayah. Menyalakannya, menyetel lagu secara acak dan online. Tiba-sedikit saya menangkap sepenggal lirik dari lagu Breathe nya Taylor Swift yang saya putar

“Its 2 a.m, feelin’ like I just lost a friend
Hope you know it’s not easy, easy for me”

Saya memang sering sekali mendengar lagu ini. Tapi, di lirik tadi saya kembali mengingat seseorang. Seorang teman saya yang cukup dekat, bahkan mungkin sangat dekat dengan saya dan kedua burfriend saya. Saya kembali nya. Mengingat kejadian jam 2 subuh itu.


25 April 2010 pukul 2 a.m saya terbangun dengan 11 panggilan tak terjawab dari teman saya. Tapi sama sekali tidak ada sms. Kemudian yang hape saya berdering lagi. Oh, ternyata dari seseorang yang malam itu masih berstatus sebagai pacar saya *cieh*. Tidak biasanya dia menelpon selarut ini. Saya lalu menekan tombol hijau di keypad hape saya.

Dengan logat khas daerah sini, saya menjawab telponnya.

Saya      : “Umm, kenapa?”
Dia         : “Itong, dimana ko?”
Saya      : “Di rumah ji. Knp?”
Dia         : “Eh, tmanmu R*** meninggal kecelakaan”
Saya      : “Heh, sapa ko mw tipu lagi? Tadi da masih sms saya kumpul2 di rumahnya E*** tapi sa nda pergi. Janganmi main2 begitu, kalo da kenapa2 betul temanku bagaimana?”
Dia         : “Barusan ini, serius. Tadi da kecelakaan.”
Saya      : “Inalillah.. Ah, serius ko? Dimanami dia? Kenapa da kecelakaan? Ko nda bohong ji toh? Ishhhhh .” Saya mulai panik, mulai bingung, sedikit tidak percaya, mulai menangis, sepertinya tangan saya mulai gemetaran.
Dia         : “masih di rumah sakit, sa dari sana juga tadi. Banyak teman2mu di sana. Qo pakean skarang, sa jemput ko!”
Saya      : “ok.”

Tuuuut.. telepon terputus. Dengan gerakan cepat saya menelpon mama, minta izin. Ya, ketika SMA mama sama papa memang jarang di rumah. Papa tugas keluar kota. Jadi saya Cuma sendirian di rumah.

Setelah menelpon mama, teman saya sudah sampe di rumah menjemput saya. Dengan mata yang masih terus mengeluarkan air, rambut yang berantakan belum sempat di ikat sisir, dengan badan yang lemas dan sedikit gemetaran kita menuju rumah sakit.

Sampai di rumah sakit ternyata jenazah teman saya sudah dibawa di rumah duka. Dan malam itu ternyata teman saya tidak kecelakaan sendiri. Mereka berdua dengan I*** yang sekarang masih terbaring koma di kamar UGD. Saya sudah tidak sempat melihatnya lagi. Saya ingin cepat-cepat ke rumah duka.

Di perjalanan dari rumah sakit menuju rumah duka, saya masih terus-terusan menangis. Mengingat kejadian Kemarin. Kemarin kita masih sempat tidur tiduran di kelas, berbagi headset dan menyetel Lagu kesukaan kita MUSE – Unintended. Kemarin juga kita masih sempat berbagi oreo. Kemarin juga dia sempat mengantar saya pulang sampai di rumah. Ya, semuanya itu baru kemarin. Jadi untuk mempercayai ini semua begitu sulit untuk saya.

Sesampainya di rumah duka, ternyata beberapa teman2 saya memang sudah ada di sana. Saya tidak langsung masuk. Saya masih menunggu di luar meredakan tangis saya. Menenangkan pikiran saya dan masih mengingat-ingat apakah ini mimpi atau bukan. Menenangkan diri… menenangkan diri… menenangkan diri..

Setelah saya sudah agak tenang, saya memberanikan diri. Memeberanikan diri memasuki kamar itu. Kamar dimana sahabat saya itu sedang tertidur. Kamar dimana dia saya bisa melihatnya untuk yang terakhir kalinya. Dan kemudian jess.. titik titik air mata saya kembali berjatuhan, Saya cepat cepat pergi meninggalkan kamar. Saya sebenarnya tidak ingin menangisinya. Saya tidak ingin menghalangi jalannya.

Saya masih di sini, masih di rumah duka. Saya masih dengan teman teman saya yang juga merasa kehilangan, yang masih di dalam pikiran masing. Dimana tak lama kemudian ada mendapat kabar bahwa teman kita yang masih di rumah sakit itu juga meninggal dunia. Inalillahi wa inna ilaihi rojiun. Untuk kedua kalinya. Saya tidak tau harus berbuat apa. Perasaan campur aduk. Saya Cuma bisa terdiam.

Teman-teman yang lain kemudian menuju ke rumah sakit. Melihat Almarhum I***. Saya kembali melihat jam. Ternyata sudah pukul 3 subuh lewat. Saya memutuskan untuk pulang ke rumah. Saya di antar sampai rumah. Setelah mengantar saya langsung menyuruhnya pulang.

Saya masuk kamar dan membuka lemari, meraih jiket hitam milik almarhum R***, membuka laci dan mengambil topi dan dompet yang milik almarhum R*** juga. Saya membuka dompet itu. Di dalamnya ada KTP, dan STNK motor miliknya. Saat itu barang barang ini memang dia titipkan ke saya. Saya lupa karena kenapa dia menitipkan ini semua. Saya masih di kamar, memandangi barang-barang itu, mengingat kembali semua. Sampai tidak terasa ternyata sudah pukul 6 pagi.

Saya lalu cepat-cepat mandi dan pergi kerumah teman saya E***. Hari ini saya tidak ke sekolah, tidak ada semangat sama sekali. Ternyata di sana sudah ada beberapa orang teman sudah di sana. Semua diam, tidak ada yang berkata-kata. Semua masih dalam pikiran masing-masih. Saya masih menggenggam jaket, topi dan dompet milik Almarhum. Rencananya, sebentar barang2 ini akan saya kembalikan sama ibunya.

Dengan mata yang sembab, mata yang sedikit basah meahan tangis. Mata yang agak sipit ini semakin sipit karena sudah menangis berjam jam. Dan saat ini saya sedang berusaha untuk tidak menangis lagi. Saya dan teman teman saya menuju rumah duka Alm. Rino, mengembalikan barang2 itu lalu menuju rumah duka milik alm. I***.

Kepala saya mulai sakit, saya memutuskan untuk pulang, dan beristirahat. Semuanya memang terasa berat. Sampai sampai saya yang selama ini sangat kuat bisa lemah karena hal ini.

Sambil menulis, sambil mengingat kejadian itu, lagu milik Avenged Sevenfold – So Far Away terdengar di ruangan ini. Entah ini karena kebetulan, atau karena apa. Liriknya sangat kena.

“Sleep tight, I’m not afraid
The ones that we love are here with me
Lay away a place for me
Cause as soon as I’m done I’ll be on my way
To live eternally”

Sepertinya tulisan saya sudah kepanjangan *lap air mata*. Sekarang sudah setengah 6 dan saya belum mandi. Oke dah. Mo mandi duyu tayaa :D


2 komentar:

Unknown mengatakan...

Oke,, stelah bbrapa postingan yg trbaca,postingan ini brhasill mmbuat tissue2 sy penuh dengan umbelan :(

Burfriend Blog ^^ mengatakan...

tunggu... umbelsn itu apa?? :D