Minggu, 03 Maret 2013

Jago!


Hari ini dengan segala kejagoanku, saya dengan menunggangi kuda besi milik Papa (dibaca : kepala geng) dan didampingi oleh Zety ponakan saya (6 tahun, Pelajar kelas 1 SD, Hoby : menggosip) melakukan perjalanan. Mengarungi jalan Raha-Kambara Kambara-Guali Guali-Raha.

Pemandangan diatas motor Scorpion hitam itu sunguh memprihatikan. Bagaimana tidak? Perempuan berumur 19 tahun dengan tubuh imutnya, memakai rasel hitam dan helem merahnya dengan membonceng anak kecil yang bahkan mungkin belum pernah merasa galau semasa hidupnya melakukan perjalan sejauh itu.

Untuk apa membawa ransel?
Pertanyaan yang tepat sekali.
Tujuan kita ke kambara adalah untuk panen rambutan (rambutannya orang, tanpa dipungut biaya, cuma bermodalkan kata teman). Beruntung sekali mas mas pemilik rambutan itu, memiki kenalan seperti Mazet & Pazet ( Mama & Papa Zety) (sepupu dan ipar ongolku) (pasangan suami istri selebriti) karena hari ini kebunnya terpilih menjadi salah tempat yang kita kunjungi di akhir minggu yang penting dan cerah ini. Saya kesini juga doajak sama mazet & pazet yang belakangan saya mengerti maksud mereka, sengaja mengajak saya untuk jadi tebengan anaknya itu.

Berdelapan ( Saya & Zety, Mazet, Pazet & Neo, Fitri & Sony, dan juga Yusuf) kita pergi ke Kambara dengan semangat. Ada yang bawa ransel, dan bawa karung (yang bawa karung kentara rakus pangkat 3). Dan fungsi dari ransel dan karung tersebut adalah untuk memuat rambutan supaya di bawa pulang.

Oke, sampe di kambara. Pinggangku seperti mau terlepas. Jalanan berbatu dan sebgian masih pengerasan. Untung saja motor saya besar, kokoh, kuat dan gagah berani. Jadi biar jalanan begitu gas mo saja. Tidak terlalu berpengaruh ji. Selesai, panen rambutan. Isi tas dan karung masing2.

Setelah berterimakasih kepada sang pemilik kebun, tanpa tau malu sudah mengacak acak kebun orang dengan  wajah yang rakus dan puas kita pamit pulang. Mampir sebentar ke warung bakso untuk ISLAM (Isi Lambung). Maklum lah, sudah waktunya makan siang. Perut tidak cukup kalau duma diisi pake rambutan. Kecuali pake nasi -____-

Setelah makan, kita semua sepakat pergi ke guali lagi.
( Sekedar informasi saja, untuk menuju guali butuh perjalanan jauh lagi, melewati hutan, jembatan dan kuburan. Perjalanan memutar dengan jalanan yang lebih seru medannya dibandingan jalan yang sebelumnya)

Untuk apa pergi ke Guali lagi?
Yap, pertanyaan yang tepat sekali.
Alasan kami ke guali adalah karena kemaburakoannya kita (dibaca:cantik) yang belum merasa puas dengan rambutan sebanyak itu. Di guali ada kebun rambutan milik almarhum kakek saya ( Kakeknya mazet juga, kakek buyutnya zety dan Neo). Kebunya sangat luas ratusan pohon rambutan ditanam di kebun itu dengan luas …. Hektar (lupa luasnya berapa hektar)

Tapi apa yang terjadi? Jreng Jreng… ternyata usaha kami sia sia. Buahnya masih hijau-hijau. Belum bisa panen. Mungkin sekitar 2 minggu lagi. Sambil menahan capek, kram bokong, sakit tangan, pegal bahu dan dengan penuh rasa kekecewaan kita semua pulang ke rumah.

Apa yang terjadi saat perjalanan pulang?
Pertanyaan yang tepat sekali.
Sebaiknya tidak usah saya jelaskan, cukup lihat saja gambar di bawah ini.


Pesan Moral : tidak tau.

Kenapa tidak tau?
Pertanyaan yang tepat sekali.
Tapi saya juga tidak tau apa hubungannya.

Semoga senang membaca tulisan saya dan saya akan berdoa semoga kita semua sehat dan bahagia selalu. Saya mau istrahat dulu.
Wassalam...


Tidak ada komentar: