Hari
ini dengan segala kejagoanku, saya dengan menunggangi kuda besi milik Papa
(dibaca : kepala geng) dan didampingi oleh Zety ponakan saya (6 tahun, Pelajar
kelas 1 SD, Hoby : menggosip) melakukan perjalanan. Mengarungi jalan Raha-Kambara
Kambara-Guali Guali-Raha.
Pemandangan
diatas motor Scorpion hitam itu sunguh memprihatikan. Bagaimana tidak?
Perempuan berumur 19 tahun dengan tubuh imutnya, memakai rasel hitam dan helem
merahnya dengan membonceng anak kecil yang bahkan mungkin belum pernah merasa
galau semasa hidupnya melakukan perjalan sejauh itu.
Untuk
apa membawa ransel?
Pertanyaan
yang tepat sekali.
Tujuan kita ke kambara adalah untuk panen rambutan
(rambutannya orang, tanpa dipungut biaya, cuma bermodalkan kata teman). Beruntung
sekali mas mas pemilik rambutan itu, memiki kenalan seperti Mazet & Pazet (
Mama & Papa Zety) (sepupu dan ipar ongolku) (pasangan suami istri
selebriti) karena hari ini kebunnya terpilih menjadi salah tempat yang kita
kunjungi di akhir minggu yang penting dan cerah ini. Saya kesini juga doajak
sama mazet & pazet yang belakangan saya mengerti maksud mereka, sengaja
mengajak saya untuk jadi tebengan anaknya itu.
Berdelapan
( Saya & Zety, Mazet, Pazet & Neo, Fitri & Sony, dan juga Yusuf)
kita pergi ke Kambara dengan semangat. Ada yang bawa ransel, dan bawa karung
(yang bawa karung kentara rakus pangkat 3). Dan fungsi dari ransel dan karung
tersebut adalah untuk memuat rambutan supaya di bawa pulang.
Oke,
sampe di kambara. Pinggangku seperti mau terlepas. Jalanan berbatu dan sebgian
masih pengerasan. Untung saja motor saya besar, kokoh, kuat dan gagah berani.
Jadi biar jalanan begitu gas mo saja. Tidak terlalu berpengaruh ji. Selesai,
panen rambutan. Isi tas dan karung masing2.
Setelah
berterimakasih kepada sang pemilik kebun, tanpa tau malu sudah mengacak acak
kebun orang dengan wajah yang rakus dan
puas kita pamit pulang. Mampir sebentar ke warung bakso untuk ISLAM (Isi
Lambung). Maklum lah, sudah waktunya makan siang. Perut tidak cukup kalau duma
diisi pake rambutan. Kecuali pake nasi -____-
Setelah
makan, kita semua sepakat pergi ke guali lagi.
( Sekedar
informasi saja, untuk menuju guali butuh perjalanan jauh lagi, melewati hutan,
jembatan dan kuburan. Perjalanan memutar dengan jalanan yang lebih seru
medannya dibandingan jalan yang sebelumnya)
Untuk
apa pergi ke Guali lagi?
Yap,
pertanyaan yang tepat sekali.
Alasan kami ke guali adalah karena
kemaburakoannya kita (dibaca:cantik) yang belum merasa puas dengan rambutan
sebanyak itu. Di guali ada kebun rambutan milik almarhum kakek saya ( Kakeknya
mazet juga, kakek buyutnya zety dan Neo). Kebunya sangat luas ratusan pohon
rambutan ditanam di kebun itu dengan luas …. Hektar (lupa luasnya berapa
hektar)
Tapi
apa yang terjadi? Jreng Jreng… ternyata usaha kami sia sia. Buahnya masih
hijau-hijau. Belum bisa panen. Mungkin sekitar 2 minggu lagi. Sambil menahan
capek, kram bokong, sakit tangan, pegal bahu dan dengan penuh rasa kekecewaan
kita semua pulang ke rumah.
Apa
yang terjadi saat perjalanan pulang?
Pertanyaan yang tepat sekali.
Sebaiknya
tidak usah saya jelaskan, cukup lihat saja gambar di bawah ini.
Pesan Moral : tidak tau.
Kenapa
tidak tau?
Pertanyaan
yang tepat sekali.
Tapi saya juga tidak tau apa
hubungannya.
Semoga
senang membaca tulisan saya dan saya akan berdoa semoga kita semua sehat dan
bahagia selalu. Saya
mau istrahat dulu.
Wassalam...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar