“dimana saja kamu berada , kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh” (QS An-Nissa: 78)"
Mengenang 3 tahun kepergian sahabat kami~
Aku menggenggam tangan salah seorang
sahabatku yang coba menuntunku ke tempat itu, tempat yang di anggap keramat
bagi sebagian orang. Tempat yang sebenarnya akan menjadi tempat tinggal kita
semua kelak. Sore ini aku beserta 3 orang sahabatku sengaja berkunjung ke makam
salah seorang sahabat kami yang telah berbeda alam dengan kami. Kegiatan ini
sering kami lakukan,berkunjung kemakamnya walau hanya sekedar menabur bunga dan
mengirimkan sebaris doa untuk kehidupannya disana.
Di temani teriakan jangkrik yang saling
bersahutan secara tidak jelas, langit sore yang hampir gelap, dan suasana TPU yang terlihat sunyi sekali. Kami bertiga
duduk di samping makam almarhum , saling berhadap-hadapan, hingga akhirnya
salah seorang sahabatku, menuntun kami membaca surah Alfatiha untuk si empunya
makam. “Semoga sahabat kita di beri tempat yang layak disisiNya” serempak kami
bertiga mengaminkan doanya.
Satu persatu, kami berdiri membacakan
doa dan harapan, sambil memegang nisan yang masih jelas tertuliskan namanya,
satu dari kami ada yang meneteskan air mata. Ya Allah.. suasana seperti ini,
yang selalu bikin kami tak kuasa menahan air mata juga. Alhasil diam-diam kami
semua berusaha menutupi kesedihan, menahan air mata yang hampir tumpah.
Kejadian dimakam sore itu memaksaku untuk
kembali mengingat akan kejadian tragis yang menimpa sahabatku beberapa tahun
silam. Aku termenung dengan keranjang bunga yang masih ada dipangkuanku.
Teringat kembali akan kejadian menyedihkan
di tengah malam. Saat itu aku tertidur pulas tiba-tiba ibu berusaha
membangunkanku. Mataku masih terasa ngantuk “ada apa bu?” tanyaku dengan suara
samar-samar
“Ada sms dari temanmu” kata ibu dengan
lirih.
“paling-paling juga sms gak penting bu”
ku jawab omongan ibuku dengan muka kusut karna menahan ngantuk, akhirnya
kuputuskan untuk tidur kembali.
Ibu kembali memaksaku bangun, dengan
setengah hati yang amat sangat terpaksa aku beranjak dari tempat tidur. Duduk
setengah bersandar di tembok. Belum sempat berbicara sepata kata pun, tiba-tiba
ibu menyebutkan nama sahabatku, ibu terlihat menahan tangisnya.
“lho ??? ada apa ini???” perasaanku
mulai tidak enak, dag dig dug , jantungku ikut-ikut berdetak kencang tak
beraturan
“ada apa bu, ada apa dengan dia??? dia
kenapa bu??”
Ibu kembali menyebutkan nama sahabatku itu,
kata ibu ”dia meninggal karna kecelakaan nak”.
Ku raih handphone merah jambu yang ada
dalam genggaman ibuku. Ku perhatikan inci demi inci sms yang masuk di handphone
ku. Hingga akhirnya, ternyata memang benar ada sms menyakitkan yang masuk di
inboxku malam ini. Aku tak percaya, dia yang pagi tadi masih ku jumpai di
koridor sekolah, ternyata malam ini telah pergi untuk selamanya. Dia yang siang
tadi masih bisa bercanda bersama, ternyata telah pergi meninggalkan kita semua.
Dia yang sore tadi masih ada disini tertawa dengan lepasnya , ternyataaaa
(?????)
Aaaaaaaaaaaaaaaaaa, tangisku meledak
seketika, ku peluk ibuku dengan erat. Beliau tahu, bagaimana perasaanku saat
itu. Ibuku juga tak kuasa menahan tangisnya, bagaimana tidak ? ibu juga dekat
dengan Almarhum Sahabatku itu. Ya Allah, aku masih berharap semua ini hanya
mimpi. Aku masih berharap ada yang membangunkanku dari mimpi konyol ini. Tapi …
tentu saja semua tidak mungkin. Tangisanku belum terhenti dan ibuku masih setia
menemani kesedihanku. Aku tak tahu apa yang harus ku lakukan di tengah malam
seperti itu. Seolah masih tak percaya, ku baca kembali sms yang tadi ku terima. Hiksss, secepat ini kah ???
pikirku tak karuan.
Handphone ku kembali berdering. Kali ini
telepon dari salah seorang sahabatku yang berinisial N. Dia mengabarkan kalau
dia berada di rumah sakit tempat Almarhum sahabatku menghembuskan napas
terakhirnya. Terdengar olehku sahabatku N**** juga sedang menangis,
sampai-sampai suaranya terdengar tidak jelas. Tubuhku tampak begitu lemas,
untuk berbicara saja terasa susah, ku coba langkahkan kaki keluar dari kamar,
namun nampaknya kakiku juga terasa kaku untuk melangkah. Aku kembali berbaring
sementara ibu hanya bisa terdiam melihat tingkahku. Aku berharap pagi cepat
datang, ingin ku berlari melihat Almarhum sahabatku untuk terakhir kalinya.
Sampai akhirnya, pagi pun tiba. Aku ke
sekolah dengan wajah yang lusuh tak bertenaga. Ku dapati sebagian siswa berhamburan
di depan gerbang sekolah. Semua sibuk menceritakan kecelakaan tragis, yang
dialami Almarhum sahabatku. Tak kuasa aku mendengarnya,lalu ku langkahkan
kakiku dengan terpaksa. Sambil menahan tangis, kucoba menelusuri jalan menuju
kelasku.
Di depan kelas, tampak wali kelasku yang
juga sedang menangis,semua teman-temanku juga terlihat menangis tersedu-sedu. Kuputuskan
untuk masuk ke dalam ruangan kelas .Ku dapati salah seorang sahabatku A***
namanya. Dia menyambutku dengan pelukan sambil menangis sekeras-kerasnya.
Ya Allah…
Ini semua seperti mimpi !!!
Aku terdiam dalam
pelukan sahabatku yang masih saja menangis. Sekuat tenaga ku coba untuk membendung
air mataku,namun.... aku tak bisa membohongi perasaanku, ku peluk sahabatku
A*** dengan erat, sementara air mataku kembali mengalir , jatuh dan basahi
pundaknya. Ketua kelasku yang saat itu berada di samping kami, mencoba
menenangkan kami. Dia memberi usul agar kita semua segera kerumah duka.
Akhirnya kami pun bergegas.
Sampai disana, hiiiiks ternyata tangisan
kami semakin menjadi-jadi,bahkan ada di antara kami yang jatuh pingsan. Kami
tertegun melihat Almarhum sahabat kami, yang kemarin masih berada diantara
kami, ternyata kini telah terbujur kaku diselimuti kafan yang masih putih
bersih. Kecelakaan malam itu, telah merenggut
nyawanya. Kami tak pernah bayangkan secepat ini kepergianya….
Selamat jalan wahai sahabatku, sahabat
yang pernah mengisi hariku dengan kebahagiaan. Yang selalu ada disaat suka dan
dukaku. Hanya itu kalimat yang bisa ku lontarkan sembari mengelus wajah yang
terasa kaku itu. Terlintas dibenakku akan tubuh yang kemarin masih segar bugar,
saat ini berada di hadapanku dalam kondisi tak bernyawa. Ya Allah .. sadarkan
aku ini bukan mimpi, ikhlaskan aku akan kenyataan ini.
Hiiks…. kami menyayangimu sobat….
Tatapanku tetap fokus pada raga yang tak
bernyawa itu, hingga akhirnya….. kafan pun di sejajarkan kewajahnya dan aku
sadar inilah kesempatan terakhir melihat wajah sahabatku. Air mata seakan tak
kunjung berhenti sementara dia terus berlalu meninggalkan kami sampai akhirnya
tubuh kakunya di gotong menggunakan keranda. Hiiiiks…. Hiiiiks…
Kali ini, tak ada sepatah kata pun yang
mampu aku ucapkan. Hanya bisa mengingat segala kisah yang pernah kita lalui
bersama sembari mengirimkan doa dalam hati. Andai saja kami tau malam itu ,
malam terakhir untukmu, tak kan kami biarkan waktu berlalu . Tapi apa daya
Allah Azza wa Jalla telah mengatur semua itu, Allah punya rencana lain.
Yah…. Semua hanya sementara, ada
pertemuan, ada perpisahan dan semua berjalan sesuai rencanaNya.
Lamunanku dimakam sore itu seakan tak
ingin terhenti. Nisan sahabatku berhasil membuatku mengerti akan ajal
seseorang,akan hidup dan mati seseorang. Kita tak pernah tau kapan napas kita
akan terhenti. Kapan nyawa kita akan di kembalikan pada Sang Khalik maupun
kapan kehidupan kita akan di berhentikan semua adalah rahasia Sang Pencipta.
“Hari sudah hampir malam, pulang yuk” Ajakan
salah seorang sahabatku,berhasil membuyarkan lamunanku tentang kejadian
beberapa tahun silam itu. Akhirnya aku dan ketiga sahabatku memutuskan untuk
pulang.
“Semoga tenang disisiNya. Kami
menyayangimu” terdengar doa terakhir dimakam sore itu, sebelum kami putuskan
untuk kembali kerumah masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar